Surabaya (suararakyatjatim) – Eri Cahyadi (EC) dikenal sebagai sosok royal di Pemkot Surabaya. ASN yang pernah menjadi anak buahnya di dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR), maupun Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya (Bappeko), hampir pasti pernah diajak pelesiran sampai luar negeri.
M, seorang pensiunan di DCKTR mengungkapkan EC beberapa kali mengajak personel di DCKTR liburan ke luar negeri. Yang diajak mulai kepala bidang (kabid), kepala seksi (kasi), sampai staf biasa.
”Kalau kabid dan kasi biasanya Hongkong atau Macau. Kalau staf biasa, ke Singapura dan Bangkok,” kata M.
M mencontohkan, pada 2016 Eri mengajak 16 pegawai struktural di DCKTR liburan ke Macau. Termasuk Eri ikut dalam liburan itu. Acara pelesir itu diurus oleh Fullmoon Travel, biro perjalanan lokal di Surabaya.
”Saya bertemu dengan pihak travel bernama Bu Andri, disebutkan bahwa biaya per orang liburan selama 4 hari itu Rp 21 juta,” ungkap M.
Artinya, untuk liburan empat hari ke Macau itu dibutuhkan anggaran setidaknya Rp 336 juta. Travel yang digunakan dalam acara pelesiran itu adalah Fullmoon Travel.
Dari mana uangnya? M menyebut dana yang digunakan untuk pelesiran itu tidak jelas sumbernya. Itu adalah setoran dari kepala bidang di DCKTR yang berjumlah lima.
”Masing-masing kabid setor sekitar Rp 60 juta untuk acara liburan. Itu bukan uang APBD, namun setoran-setoran dari pengusaha untuk perizinan, sebagian digunakan untuk liburan itu,” jelas M.
M mengungkapkan, tidak sekali saja Eri mengajak anak buahnya di dinas pelesiran ke luar negeri. Pernah seluruh staf DCKTR yang berjumlah 155 orang semuanya diajak liburan ke Bangkok.
“Waktu itu kami pagi-pagi ke kantor absen, lalu ke Juanda, kami sampai tidak Jum’atan karena di pesawat,” kenang M. “Hari Jumat dan Sabtu kantor kosong, karena semua di Bangkok,” lanjutnya.
Tentang liburan ke luar negeri satu dinas secara bersamaan, itu adalah satu keanehan lingkungan di Pemkot Surabaya. Pelanggaran berat. Jangankan liburan ke luar negeri, ke luar kota beberapa hari bersamaan saja tidak mungkin.
Bagaimana Pemkot Surabaya menerapkan kebijakan masuk hari Sabtu, berawal dari kekecewaan wali kota Tri Rismaharini saat dia berkunjung ke satu dinas. Risma berkunjung pada hari Sabtu, saat itu kantor kosong karena seluruh staf dan pejabat struktural jalan-jalan ke Bromo.
Kondisi itu membuat Risma marah besar. Lalu mengambil keputusan besar, bahwa hari kerja di lingkungan Pemkot Surabaya enam hari kerja. Kondisi yang saat ini membuat sejumlah ASN mengeluh, karena waktu mereka bersama keluarga terlalu minim.
Intan A., salah satu pegawai di Fullmoon Travel mengungkapkan tempatnya memang jadi langganan pejabat dari Pemkot Surabaya selama ini. “Oh waktu ke Macau itu kebetulan pak Eri sama saya,” ujarnya ketika dilihatkan sebuah foto Eri Cahyadi dengan para staff ketika di Tiongkok.
Dia juga membenarkan untuk biaya liburan perorang ke Macau sekitar Rp 20 juta. Sehingga jika rombongan yang berangkat akan menghabiskan uang ratusan juta.
Hanya saja menurut dia kini untuk liburan ke Macau belum dibuka kembali. Dan sementara yang ada dengan tujuan ke Turki.
Dia menambahkan ke Macau adalah terakhir kalinya Eri berlibur bersama rombongan dinas pemkot ke luar negeri. “Kalau yang terakhir cuma domestik sekitaran sini saja. Sebelum ada pandemi Covid-19,” imbuh dia.
Terpisah Eri Cahyadi belum memberikan komentar terkait hal ini. Hingga berita ini diturunkan konfirmasi melalui nomor ponselnya 081232755xxx belum direspon. Ketika ditelpon terdengar nada aktif namun tak kunjung diangkat. Sama halnya pesan elektronik permohonan wawancara yang tidak dia respon.
Selain itu awak media juga berupaya melakukan konfirmasi langsung dengan mendatangi rumah Eri Cahyadi di Perumahan Puri Kencana Karah, sekitar pukul 12.30 WIB, Selasa (1/12). Namun, Eri sedang tidak ada di rumah, demikian juga dengan istrinya. “Barusan saja keluar,” ujar Nur salah satu asisten rumah tangga yang ditemui.
Awak media juga sudah meninggalkan beberapa nomor telpon yang bisa dihubungi. Namun, hingga berita diturunkan kembali belum ada dari pihak Eri Cahyadi yang menghubungi awak media.(why)