November 25, 2024

Tambah Armada Bus 120 Unit, Komisi C: Tarif Harus Murah

Surabaya (suararakyatjatim) – Keberadaan angkutan kota (angkot) atau lin di Surabaya yang kondisinya sedang mati suri, perlahan bakal tergusur. Apalagi, akhir tahun ini Pemkot Surabaya akan mengoperasikan 120 bus bantuan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI.

Saat hearing dengan Komisi C DPRD Kota Surabaya, Selasa (25/5/2021), Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Irvan Wahyu Drajad mengatakan, 120 bus tersebut nantinya akan disebar ke sejumlah rute, sehingga pelayanan terhadap warga Surabaya bisa merata.

“Sekarang ini pengadaan bus tersebut masih dalam proses lelang. Ya, mungkin akhir tahun bantuan Pemerintah Pusat itu akan diserahkan ke pemkot. Nantinya, 120 unit bus tersebut akan melayani enam rute tambahan yang menggunakan bus listrik. Jadi satu rute nanti ada 20 unit bus yang bisa melayani semua tujuan di Surabaya. Jadi lebih merata,” ujar dia.

Lebih jauh , Irvan mengatakan, dengan tambahan tersebut, maka ketersediaan bus akan lebih pendek. Artinya, kalau sekarang ini penumpang harus menunggu di halte sekitar 30 menit, maka nanti hanya10-15 menit.

“Dengan tambahan rute otomatis layanan kita akan lebih banyak menjangkau semua wilayah di Surabaya, ” jelas dia.

Soal sistem pembayaran Suroboyo Bus, diakui Irvan nantinya ada subsidi dari Pemerintah Pusat dan sebagian dari penumpang. Untuk penumpang nanti bisa membayar tunai langsung atau non tunai (membayar pakai botol mineral).

Hanya saja untuk pembayaran non tunai pakai botol mineral, kata Irvan, pemkot kini sedang proses pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan diperkirakan Minggu depan sudah selesai. ” Jadi armada busnya nanti pakai plat kuning sehingga pembayaran bisa tunai dan juga bisa pakai botol mineral,” tutur dia.

Sementara Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya, Baktiono mengatakan, Suroboyo Bus nantinya akan beda dengan bus lainnya milik Damri.
“Suroboyo Bus nanti low deck atau dek pendek sehingga memudahkan penumpang untuk naik turun. Bus nanti juga akan didesain sebagus mungkin agar masyarakat tertarik dan mau naik,” jelas Baktiono.

Lebih jauh, politisi senior PDI-P Kota Surabaya ini menjelaskan, untuk mengurangi polusi udara, Suroboyo Bus nanti menggunakan bahan bakar gas (BBG) dan listrik, pakai aki seperti mobil listrik.

Selain itu, kata Baktiono, Suroboyo Bus juga menawarkan kenyamanan agar masyarakat nanti beralih dari transportasi yang saat ini Mass Public Private Transportation (MPPT) atau transportasi massal pribadi. Lantaran MPPT ini benar-benar sangat mengganggu warga Surabaya, terutama terkait polusi udara berikut kemacetan lalu lintas.

“Juga jarak tempuh yang seharusnya bisa dekat dan cepat. Ini terganggu karena kepadatan arus lalu lintas,” ungkap Baktiono.

Untuk itu, dengan sistem baru yang akan dibangun, lanjut dia, Komisi C mengusulkan agar nanti aparatur sipil negara (ASN) dan anak-anak sekolah (pelajar) harus naik Suroboyo Bus ini.
” Ini nanti harus dibuatkan peraturan wali kota (Perwali) tentang larangan membawa kendaraan pribadi bagi ASN dan pelajar. Artinya transportasi ini harus ditambah mobil kecil agar bisa menjangkau sampai jalan-jalan sempit, ” ungkap dia.

Soal tarif? Baktiono menegaskan, pemkot tidak mengambil keuntungan PAD dari transportasi. Karena memang tujuannya untuk mengurangi polusi udara dan kepadatan lalu lintas.

Untuk itu, kata Baktiono, Komisi C akan mengusulkan agar anak-anak yang pakai seragam sekolah dan ASN pakai yang seragam tidak dipungut biaya ketika naik Suroboyo Bus.

“Bagi masyarakat umum nanti harus ada kajian, kira – kira berapa besarnya tarif agar mereka bisa beralih ke transportasi massal yang aman dan nyaman di Suroboyo Bus, ” tutur dia.

Bahkan, lanjut Baktiono yang juga Sekretaris DPC PDI-P Kota Surabaya ini, ada usulan memakai kartu bulanan yang diperkirakan kurang lebih Rp 20 ribu. Dengan tarif tersebut bisa naik senyaman dan sesering mungkin dalam satu hari tanpa mengeluarkan biaya apapun.

“Soal tarif nanti ada kajian.Kita usulkan semurah mungkin. Tapi kita juga tak bisa melarang masyarakat membeli motor. Tapi kita memberi pembanding.Misalnya kalau naik motor sebulan habis Rp 200 ribu, sementara kalau naik bus hanya Rp 20 ribu. Dengan pembanding ini diharapkan nantinya warga Surabaya beralih ke bus, ” imbuh dia

Ditanya keberadaan Suroboyo Bus nanti apa tidak mematikan angkot atau lin? Baktiono menyatakan, saat ini kondisi angkot atau lin sedang mati suri. Karena itu, bagaimana caranya para sopir, kernet, dan pendamping sopir itu direkrut menjadi kru di Suroboyo Bus.

“Tapi, mereka harus memenuhi kriteria, yakni soal kesehatan, usia, dan ketrampilan dalam mengemudi bus. Tentu nanti ada tes-tes lain yang ada di situ,” pungkas dia.(why)