Surabaya (suararakyatjatim) – Ketua DPRD Surabaya dan 8 anggota terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka yang terpapar, mayoritas dari Fraksi PDI-Perjuangan. Diduga penularan terjadi setelah mereka berkunjung ke kompleks pemakaman Bung Karno di Blitar, pada Sabtu (05/06/2021).
Dugaan tersebut dibantah Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono, saat konferensi pers bersama jajaran pimpinan DPRD Surabaya melalui daring pada Jum’at (11/06/2021).
Adi Sutarwijono yang menjalani isolasi di rumah sakit menceritakan, ziarah ke makam Bung Karno sebagai bagian dari peringatan Bulan Bung Karno. “Sebelumnya ada peringatan Hari Pancasila, rapat dan lain-lain. Meski sudah vaksin, tapi karena kelelahan yang luar biasa dan lalai, lalu daya tahan menurun, maka kena Covid. tapi peserta pada tgl 5 tidak ada yg kena covid,” jelasnya.
Adi, yang juga Ketua DPC PDIP Surabaya tersebut kembali menceritakan, dirinya terkena Covid-19 berdasarkan hasil tes PCR pada Selasa (08/06/2021).
“Saya dirawat di rumah sakit, dan trombosit turun karena mungkin berbarengan dengan demam berdarah. Saya tidak bisa pastikan, karena DBD atau karena covid. Tapi sekarang sudah semakin membaik. Trombositnya sudah 106 dan sudah ada peningkatan kesehatan,” terangnya.
Adi juga menceritakan, kalau Dyah Katarina anggota Komisi D dari Fraksi PDIP mengaku kehilangan indra penciuman pada Rabu (09/06/2021). Sekarang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
Sementara itu Siti Maryam anggota Komisi D yang juga dari Fraksi PDIP mengaku merasakan demam saat ikut mengantar ziarah. “Pada saat itu juga beliau ijin pulang untuk periksa dokter,” ungkap Adi.
“Sedangkan saya tanggal 5 Juni 2021 ke Blitar kemudian, Minggu malam sampai Selasa ada pertemuan,” terang Adi. Karenanya Adi menegaskan, sangat spekulatif kalau mengaitkan ziarah ke makam Bung Karno sebagai salah satu kegiatan dari serangkaian kegiatan sebagai sumber penularan Covid-19.
“Kami sudah terima dan terkena, saya terima dengan lapang dada dan terimakasih suport yg luar biasa dari teman-teman,” jelasnya.
Adi menekankan kalau peristiwa ini tidak tepat disebut sebagai klaster Dewan. Karena tidak semua anggota dewan yang terpapar. Menurutnya kasus ini bukan pertama kali dialami. “Jadi tidak perlu gugup, dan segera swab. Dengan begitu bisa terdeteksi secara maksimal,” pesannya
Adi kembali menegaskan DPRD Surabaya tidak lockdown menyikapi kondisi ini. “Nanti layanan administrasi kemasyarakatan akan kacau semua karena tidak semua persoalan bisa dilakukan secara online, masih banyak cara yg bisa dijalankan,” terangnya.
Menurut Adi lembaga legislatif tetap menjalankan fungsinya, menerima pengaduan masyarakat kepada komisi-komisi, tetap menjalankan rapat, lalu ada juga pansus yang sudah disahkan. Semua tugas segera diselesaikan oleh DPRD Surabaya, supaya performanya semakin bagus.” Jangan sampai nanti ada yg kena Covid lalu di lockdown lagi, gak nyambut gawe juga nanti DPRD,” pungkasnya.(why)