Surabaya(suararakyatjatim) -Jembatan bambu di kawasan wisata hutan mangrove Wonorejo mengalami kerusakan yang sangat parah sejak tahun lalu. Alfian Limardi, Anggota Komisi B DPRD Kota Surabaya, menyayangkan kondisi tersebut, mengingat jembatan bambu dengan panjang 600 meter dan tinggi 12 meter telah menelan biaya Rp1,2 miliar rupiah.
“Semestinya dengan anggaran tersebut, Pemkot Surabaya sudah melakukan kajian kelayakan, mulai dari perkiraan usia jembatan hingga biaya perawatan setiap tahunnya. Baru satu tahun dibangun, sekarang sudah rusak. Kedepannya, pembangunan perlu dievaluasi secara
serius,” ungkap Alfian, Rabu (8/12/2021).
Alfian menambahkan kawasan wisata mangrove yang berada di kawasan pesisir akan selalu tergenang air sehingga diperlukan konstruksi dan material khusus untuk jembatan tersebut. Estetika memang penting, tapi yang mesti diprioritaskan adalah kualitas, keamanan, dan kemampuan menekan biaya perawatan setiap tahun.
“Tidak apa mengeluarkan anggaran sedikit besar di awal, yang penting jembatannya awet, aman, dan perawatannya lebih murah. Coba kita belajar konsep kawasan wisata mangrove di kota lain yang menggunakan kayu ulin untuk membangun jembatan. Kayu ulin memang cocok di lahan basah. Tidak dipungkiri memang pembangunan di lahan basah lebih mahal dibanding lahan kering,” lanjut Alfian kepada suararakyatjatim.com.
Terakhir, Alfian mengungkapkan tahun depan ada anggaran untuk pembangunan, rehabilitasi, dan pemeliharaan taman hutan raya sebesar 18 miliar. Harapannya, itu dapat digunakan secara optimal memperbaiki fasilitas wisata. Apalagi tahun depan kita memasuki masa pemulihan ekonomi, dan wisata mangrove ini diharapkan menjadi salah satu daya tarik yang dapat menggerakkan ekonomi. Kolaborasi pendanaan dengan swasta melalui CSR juga perlu dipertimbangkan supaya kawasan mangrove semakin baik.(why)