Surabaya, suararakyatjatim.com – Rencana PD Taman Satwa KBS mengembangkan destinasi wisata Taman Komodo mirip Taman Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT) di Kawasan Mangrove Wonorejo, mendapat dukungan penuh dari DPRD Kota Surabaya.
Hal ini disampaikan Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya, Baktiono. Menurut dia, rencana membangun Taman Wisata Komodo tersebut cukup bagus dan bisa mendongkrak citra Kota Surabaya sebagai salah satu tujuan wisata. “Masyarakat Jatim atau Surabaya khususnya, yang ingin melihat komodo tidak perlu jauh-jauh ke Taman Komodo di NTT. Mereka cukup datang ke Surabaya untuk bisa melihat binatang melata yang suka hidup di semak-semak itu tersebut,” ujar dia, Rabu (20/4/2022).
Dengan membangun Taman Wisata Komodo, kata Baktiono secara tidak langsung PD Taman Satwa KBS, BUMD milik Pemkot Surabaya ini juga ikut andil melestarikan komodo yang menjadi ikon Indonesia.
Politisi senior PDI-P ini menuturkan, untuk menarik minat wisata lokal maupun manca negara, Taman Wisata Komodo nantinya harus diisi beberapa jenis komodo. Lantaran komodo yang ada di Kebun Binatang Surabaya (KBS) beda dengan yang ada di Taman Komodo.
“Di Taman Komodo itu, jenis cukup besar, bahkan panjangnya bisa mencapai 4 meter dengan berat 166 kg. Sementara komodo yang ada di KBS jenisnya kecil. Makanya Taman Wisata Komodo di Surabaya nanti jenisnya harus lengkap. Ada yang besar dan kecil. Karena ini untuk pelestarian binatang komodo dan juga ajang pembelajaran ke anak-anak pelajar,” ungkap Baktiono kepada suararakyatjatim.com,
Untuk lokasi pembangunan Taman Wisata Komodo, memang ada dua lokasi yang diusulkan manajemen KBS sebagai inisiator, yakni di Kawasan Banyuurip dan Kawasan Mangrove Wonorejo. Namun, Baktiono menilai jika Kawasan Mangrove tampaknya lebih cocok dengan habitat komodo. Alasannya, Wonorejo itu di daerah pesisir, mirip seperti yang ada di Pulau Komodo.
“Baik cuaca maupun suhunya itu mirip, meski tidak persis sama dengan yang ada di Pulau Komodo. Karena di sana ada bukit bukit, maka, di Kawasan Mangrove Wonorejo juga harus dibangun perbukitan. Ini memang harus dipersiapkan dengan matang. Begitu komodo dilepas akan bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya,” tandas dia.
Bahkan, nantinya diharapkan Taman Wisata Komodo menjadi tempat wisata yang baik, aman dan nyaman bagi pengunjung. ” Yang penting itu,”imbuh dia.
Selain itu, lanjut Baktiono, pengelola Taman Wisata Komodo nantinya harus menyiapkan pawang- pawang. Ini memang harus dipersiapkan dengan matang. Jika semua sudah siap, baru dibuka untuk umum.
Apa perawatannya tidak sulit, Baktiono menegaskan, ya nanti akan disiapkan semuanya. ” Wong di KBS saja komodonya banyak bisa disiapkan. Makanya, yang penting suhunya dulu, sesuai apa tidak untuk habitat komodo dan ini perlu kajian dari tim ahli, “ungkap dia.
Menurut Baktiono, jika proyek ini terealisasi, maka bisa dijadikan paket wisata di Surabaya. Misalnya dari KBS bisa langsung ke Taman Wisata Komodo, dan Kawasan Wisata Mangrove Wonorejo.
Sebelum Taman Wisata Komodo tersebut dibangun, kata Baktiono, Pemkot Surabaya harus menyiapkan akses jalan ke Wonorejo.
“Ya saya rasa semua harus dipersiapkan, termasuk angkutan bus dan lahan parkirnya. Apalagi kalau hari libur bisa jadi satu paket wisata, yakni KBS, Taman Wisata Komodo, Wisata Mangrove Wonorejo, THP Kenjeran, museum Tugu Pahlawan,” ujar dia.
Bahkan, kalau bisa dipromosikan lagi untuk wisata Pahlawan Nasional, seperti rumah tempat lahirnya Bung Karno, Makam WR Supratman dan Bung Tomo.
“Sehingga pengunjung dari luar kota nantinya bisa seharian di Surabaya, ” tandas dia.
Sebelumnya Direktur KBS, Khoirul Anwar mengatakan jika rencana pembangunan destinasi wisata Taman Komodo ini merupakan rencana jangka panjang. Saat ini pihaknya masih memantapkan masterplannya.
“Kalau di sana (Pulau Komodo) sifatnya destinasi wisata mahal, eksklusif, dan hanya orang menengah ke tas yang bisa berkunjung. Sedangkan yang kita rencanakan ini adalah destinasi wisata yang lebih terjangkau. Artinya tidak jauh beda dengan tiket masuk KBS,” jelas dia.
Dua lokasi telah disiapkan, yakni di Kawasan Banyuurip dan Kawasan Mangrove Wonorejo. Namun kedua lokasi tersebut, menurut Khoirul, akan dianalisa lebih dulu oleh tim ahli dari akademisi, apakah sesuai dengan habitat komodo atau tidak. Baru setelah itu akan diambil kesimpulan.(why)