November 25, 2024

10 Tahun…!!! Pembangunan Taman Bungkul Sebagai Wisata Religi Terabaikan

Surabaya (suararakyatjatim) – Mantan Ketua PCNU Surabaya Gus Syaiful Chalim menyoroti kinerja dua periode kepemimpinan Wali Kota Tri Rismaharini yang belum juga mewujudkan Taman Bungkul menjadi tempat wisata religi.

“Warga NU cuma di PHP (pemberi harapan palsu) oleh Bu Risma,” kata Gus Syaiful. Buktinya hingga sekarang masih banyak muda mudi berpacaran di Taman Bungkul.

“Padahal di situ ada makam aulia Mbah Bungkul,” terang cucu pembuat lambang NU KH Ridlwan ini.

Menurut Gus Syaiful, Walikota Surabaya pernah berjanji kepada para kiai sepuh NU untuk merevitalisasi Taman Bungkul menjadi kawasan wisata dengan suasana agamis. Bahkan saat itu, Risma juga berjanji akan minta bantuan Tim arsitektur dari ITS untuk membuat konsep dan design barunya.

Janji Risma itu disampaikan setelah muncul desakan dari para tokoh agama karena Taman Bungkul dijadikan tempat maksiat pasangan muda mudi.

Kiai sepuh yang amat dihormati warga nahdliyin KH Sholeh Qosim sering menagih janji tersebut kepada Risma. Termasuk saat raker PCNU Surabaya periode yang sekarang di Hotel Tunjungan.

Saat itu KH Sholeh Qosim yang hendak memimpin doa menanyakan langsung kepada Risma tentang kelanjutan revitalisasi Taman Bungkul dengan konsep nuansa religi. Risma menjawab, “iya kiai, segera,” janji Risma yang juga disaksikan seluruh pengurus MWC NU se-Surabaya yang mengikuti raker.

Hingga kini, sampai KH Sholeh Qosim wafat dan Risma segera mengakhiri jabatannya, ternyata belum juga terealisasi.

Gus Syaiful menilai Risma tidak serius mengembangkan Taman Bungkul menjadi destinasi wisata religi. “Ini bisa menjadi ukuran Bu Risma tidak terlalu memperhatikan kepentingan keagamaan,” kata Gus Syaiful.

Sejak masih aktif menjabat Ketua PCNU Surabaya (2010-2015), Gus Syaiful kerap memberi saran dan masukan kepada Pemkot Surabaya. Bahkan, PCNU sudah mempunyai gambaran terkait konsep penataan wisata religi di Taman Bungkul.

“Kalau Bu Risma mau dan serius pasti bisa,” katanya.

Namun, ia menilai selama dua periode kepemimpinan Risma terlihat sangat tidak respek membenahi Taman Bungkul menjadi kawasan wisata seperti yang diharapkan para ulama.

“Saya mikirnya bukan gagal, tapi Bu Risma tidak serius,” jelasnya lagi.

Ketidakseriusan Risma itu terlihat dalam APBD Surabaya. Revitalisasi Taman Bungkul sebagai destinasi wisata religi tidak pernah diprogramkan dan dianggarkan dalsm APBD oleh Bappeko saat dijabat Eri Cahyadi.

Dengan jabatannya sebagai kepala Bappeko semestinya Eri Cahyadi punya kesempatan besar untuk merealisasikan keinginan para kiai NU itu. Sayangnya Eri juga tidak memasukkannya menjadi program yang bisa didanai APBD Surabaya.

Sekarang saat kampanye pilwali Durabaya dan ada butuhnya meraup suara warga nahdliyin, Eri Cahyadi ingin mengesankan paling NU.

Gus Syaiful berharap walikota baru kelak tidak seperti Risma. Walikota baru harus punya komitmen kuat merevitalisasi Taman Bungkul dan tempat tempat religi lainnya di Surabaya. Apalagi ada makam Mbah Bungkul yang setiap harinya selalu dikunjungi oleh peziarah dari dalam maupun luar kota.

“Mestinya ketika Bu Risma jadi wali kota kan sangat mudah mengubah suasana (Taman Bungkul) seperti itu. Agar menjadi lebih pantas lah,” ucapnya. (why)