Surabaya (suararakyatjatim) – Buntut dari persoalan yel-yel ‘Hancurkan Risma’ yang digaungkan oleh Banteng Ketaton belum redah, justru semakin panas.
Pro dan kontra datang dari berbagai kalangan. Ada beberapa aksi masyarakat yang membela Tri Rismaharini (Risma). Hingga tindakan ASN Pemkot yang diduga menggerakab warga memasang spanduk bertuliskan ‘BELA RISMA’.
Namun, ada pula beberapa politisi di Surabaya yang justru menggambarkan yel-yel tersebut sebagai bentuk kekecewaan masyarakat kepada Risma.
Lain hal dengan Jagad Hari Seno (kakak kandung Whisnu Sakti Buana) yang menganggap Risma terlalu menampilkan sederet drama di mata publik.
Melalui rekaman suara yang beredar luas, Seno, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa Risma sekarang memainkan drama politik ala Drama Korea.
“Berpura-pura menjadi korban yang terdzalimi. Bahkan menggerakan segelintir orang yang meneriakkan kata-kata kasar dan kotor. Berdemo untuk membela Risma yang seolah-olah terdzalimi,” ujar Seno dalam rekaman suara yang berdurasi 2 menit 48 detik itu, Sabtu (28/11/2020).
Bahkan Seno menganggap Risma sudah mengabaikan prinsip netralitas ASN dengan mengintruksikan lurah dan camat se-Surabaya ikut memasang spanduk ‘BELA RISMA’.
Seno tidak sepakat apabila ada yang mengatakan jika Risma sering mendapat kedzaliman oleh segelintir orang. Ia lantas bertanya siapa orang yang mendzalimi Risma.
“Siapa yang mendzalimi Risma? Apakah pegawai kontrak yang dipecat itu, mendzalimi Risma? Apakah Whisnu Sakti Buana yang sudah diperlakukan dengan tidak manusiawi, itu yang mendzalimi Risma?” Tanya Seno dengan nada tegas.
Sampai saat ini, ia masih menganggap bahwasanya Risma memiliki tujuan menerapkan kekuasaan oligarki di PDI Perjuangan Kota Surabaya.
Maka dari itu, tak henti-hentinya Seno mengingatkan kepada seluruh kader dan simpatisan PDI Perjuangan Kota Surabaya untuk bersama-sama melawan hal tersebut.
“Jangan terpedaya oleh tipu muslihat yang keji dan hitam. Jangan anggap enteng Risma. Bahu-membahu kita tabuh genderang perang, lawan kembali oligarki politik, oligarki Risma,” ujarnya. (why)