Surabaya(suararakyatjatim) – Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti meminta supaya Walikota Surabaya mengkaji lagi rencana sekolah pertemuan tatap muka (PTM) sesuai dengan kondisi terkini, disaat penularan Covid-19 yang meningkat lagi.
“Walikota supaya mengundang para pakar apakah akan menyiapkan sekolah PTM, atau memperkuat penyekatan dan PPKM,” terangnya Rabu (16/06/2021).
Reni menambahkan, sekolah PTM tergantung pada kebijakan kepala daerah. Pada dasarnya sekolah PTM dibolehkan oleh pemerintah untuk daerah yang berstatus zona kuning atau oranye, namun tidak untuk yang berstatus zona merah. Sedangkan Surabaya saat ini berstatus zona oranye.
“Misalnya kehadiran murid yang semula direncanakan 50 persen dari total jumlah murid dikelas, mungkin bisa dikurangi menjadi 25 siswa saja.,” jelasnya.
Reni mengingatkan jangan sampai sekolah PTM menimbulkan klaster sekolah, sehingga menambah angka penularan Covid-19 di Surabaya.
Reni menegaskan selain tergantung pada kebijakan kepala daerah juga harus memperhatikan persetujuan orang tua. “Bagi siswa yang tidak mendapat ijin sekolah PTM, harus dilayani lewat pembelajaran on line,” ujarnya.
Sebelumnya Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengakui kalau angka Positivity Rate Covid-19 di Surabaya naik menjadi 9. Padahal sebelum lebaran, angka Positivity Rate Covid-19 di Kota Surabaya masih di kisaran 5 persen atau dalam posisi aman.
“Ketika ada kenaikan dari 5 persen ke 9 persen secara total Surabaya, maka berarti ini alarm dan warning buat kita. Sedikit kita lengah, cepat ini berangkatnya (kasus Covid-19), berarti kita harus hati-hati, saya harus warning betul kita harus tetap menjaga protokol kesehatan,” tegas Wali Kota Eri di Balai Kota Surabaya, Senin kemarin.(why)