Surabaya(suararakyatjatim) – Warga Surabaya bakal memiliki Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di wilayah Gununganyar, Surabaya.
Melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2020, DPRD Kota Surabaya mendorong Pemkot Surabaya untuk pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di kawasan Surabaya Timur-Selatan segera terealisasi.
Anggota DPRD Kota Surabaya, Arif Fathoni mengatakan, pembangunan rumah sakit baru di wilayah Gununganyar bertujuan untuk mengkover rujukan warga sakit yang berada di wilayah Surabaya Timur dan Selatan. Karena di wilayah Surabaya Pusat dan Barat sudah ada RS Soewandhi dan RS BDH Surabaya.
“Kita sebagai pemilik APBD tertinggi di Jatim, tentu malu kemudian ada warga kita yang berobat ke RSU Haji dan RSUD dr Soetomo milik Pemprov Jatim. Fasilitas itu agar dimanfaatkan warga daerah lain yang pendapatan asli daerahnya sedikit,” kata Ketua Fraksi Golkar Surabaya ini, Jumat (27/8/2021).
Oleh karena itu, Arif Fathoni mendorong sejak awal Pemkot Surabaya membangun RSUD di kawasan Surabaya Timur-Selatan. Keberadaan RSUD baru ini bisa mengkover rujukan warga Mulyorejo, Sukolilo, Rungkut, Gununganyar, Tenggilis Mejoyo dan Wonocolo.
“Terlebih sangat bermanfaat. Sehingga warga atau pasien tidak perlu jauh-jauh datang ke RS BDH dan RS Soewandi,” terang Fathoni kepada suararakyatjatim.com.
Lebih jauh, Fathoni beranggapan, bahwa pandemi covid-19 tidak ada yang memprediksi kapan akan berakhir.
“Nah, kalau RSUD kawasan Surabaya Timur dan Selatan bisa terbangun. Mudah-mudahan itu bagian dari mitigasi resiko manakala ada varian baru yang masuk ke Indonesia, sehingga kita tidak gagap lagi seperti kemarin,” lanjut dia.
“Itulah upaya-upaya antisipasi. Karena tidak mungkin pemulihan ekonomi bisa dilaksanakan selama sektor ketahanan kesehatan kita masih rapuh. Saya berharap APBD 2021 fokus pada upaya pembangunan ketahanan kesehatan. Sehingga APBD bisa digunakan menggerakkan pemulihan ekonomi dan bisa selamat dari wabah pandemi tersebut,” imbuh Fathoni.
Selain itu, Fathoni memiliki gagasan agar ada sejumlah puskesmas Surabaya sudah memiliki pelayanan integrasi secara online. Tentunya akan menjadi satu kelengkapan pelayanan kesehatan kepada warga Surabaya.
“Misalkan ada perbaikan satu puskesmas yang mempunyai pelayanan online dan ada dokter jaga 24 jam. Ketika orang sakit datang kesana, diperiksa awal dan butuh rujukan ke rumah sakit. Maka, bisa dilihat di sistem online rumah sakit mana yang kamarnya kosong. Sehingga tidak ada lagi pasien datang di IGD maupun rumah sakit di tolak beralasan kamarnya penuh,” ungkap dia.
Oleh karena itu, Fathoni berharap kepada Dinkes Surabaya menimba pengalaman pelayanan integrasi secara online seperti Dinas Dispendukcapil Surabaya.
“Toh, pelayanan di Surabaya sudah online. Bahkan Dispendukcapil juga sudah sudah ada pelayanan online. Kenapa tinggal pelayanan kesehatan tidak bisa memiliki sistem online, harusnya bisa dilakukan,” pungkasnya.(why)